TERNYATA MENULIS ITU SEMUDAH CEPLOK TELOR
Pada tanggal 21 Juni 2021 merupakan hari terakhir pembelajaran menulis gelombang 18 dan ini hari ke 29 dan tepatnya hari Senin pukul 19.00 hingga selesai. Malam ini saya kali kedua tidak hadir pada kelas pembelajaran Menulis via WAG karena masih dalam perawatan COVID 19. Terkadang saya bisa melihat HP terkadang tidak. Bila kondisi drop maka gadgetpun bersembunyi.
Hari ini 25 Juni sudah mulai membaik sudah tidak diruang perawatan khusus lagi sudah ke bangsal pemulihan. Namun masih ada batuk. Alhamdulillah masa kritis sudah terlampaui. Masa dimana berjuang antara kekuatan virus melawan kekuatan doa selain imun tubuh. Masa inkubasi Virus selama 3 hari dan itu masa penentuan. Masa para Nakes sibuk berusaha agar pasien bisa bertahan dan bisa dalam keadaan sadar. Sempat tidak sadarkan diri lebih dari 12 jam. Keluarga pasti kalang kabut terutama putri tunggal saya. Air mata dan doa mereka membangkitkan saya untuk meninju dunia tipu-tipu, eh salah tapi untuk kesempatan yang entah keberapa agar saya bisa kembali beribadah dan melindungi keluarga sebagaimana amanah Illahi Rabb melalui alm orang tua, agar saya tetap menjadi pagar keluarga.
Ah itu sekelumit curhatan pasien survive Covid. InsyaAllah minggu depan sudahbisa kembali dalam pelukan Ananda tercinta dan hangatnya rumah serta cerianya adik2 kakak, keponakan dan semua cucu (dari keponakan)
RESUME KE 28,
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 18, 21 JUNI 2021
TANGGAL PERTEMUAN : 21 JUNI 2021
RESUME KE : 29
TEMA :
MENULIS SEMUDAH CEPLOK TELOR
NARSUM : IBU DRA. LILIS
IKA HERPIANTI SUTIKNA SH
GELOMBANG : 18
MODERATOR : IBU MAESAROH
Mengetahui bu
Lilis dari NTT, saya langusng ingat Ibu Sonya yang ikut lomab nyanyi PGRI, saya
bantu promo secara terus menerus untuk dukung NTT sebagai bentuk cinta kasih
masyarakat Indonesia atas musibah yang terjadi di NTT beberapa waktu lalu.
Waktu saya berkomunikasi dengan ibu Retno Ketum PB-PGRI NTT. Sampai-sampai saya
banyak terima DM, kenapa tidak promosikan Ibu Kota. Saya bilang bila kita
mendukung NTT, kita memberikan semangat pada warga NTT yang terdampak musibah. Dan
kebetulan ada siswa kami juga yang warga NTT dan kebetulan beliau pulang kampong
sealama masa pandemi. Karena tidak ada tatap muka. Rumah mereka hancur dan
mereka mengungsi dibalai Kota.
Atas dasar itulah saya menggalang simpati untuk membantu NTT dalam bentuk dukungan pada NTT, selain Telkom juga berkontribusi dalam membantu warga terdampak. Namun ibu Sonya memang layak menjadi pemenang karena beliau memenuhi persyaratan tersebut.
Selain vocal yang bagus, bisa mendeliver pesan pada lagu yang dibawakan dan diciptakan oleh penciptanya, serta persona NTTnya. Saya kira, pesona NTT memiliki nilai jual untuk menjadi objek wisata. Alam yang indah, ragam budaya dan hasil tenun yang berkualitas.
Nama lengkap bu
Lilis adalah Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH. Kelahiran Surabaya, 11 maret
1969. Gelar sarjananya diperoleh dari dua perguruan tinggi yaitu IKIP PGRI
Surabaya Fakultas Pendidikan IPS/Jurusan PMP/Kn (1992) dan Universitas Wijaya
Putra Surabaya Fakultas Hukum (2000). Aktivitas sehari – hari sebagai pengajar
di SMP 2 Nekamese, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Saat ini beliau tinggal di CV.
Bumi Cendana, Jalan Ikan Kombong, No. 9, Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Ibu Lilis sebagai salah seorang guru di NTT, patut berbangga, karena NTT begitu indah. Dengan kemampuan bu Lilis berliterasi serta telah banyak mengahsilkan karya serta didukung oleh pemda setempat, beserta para penggerak literasi NTT lainnya saya kira NTT bisa bersanding dengan provinsi-provinsi lain.
Terlepas dari
kendalan-kendala yang tidak jauh berbeda dengan provinsi lain, bu Lilis dan
yang lainnya telah membuktikan bahwa daerahpun apalagi yang masuk dalam
golongan 3T, mampu berprestasi dan bersejajar. Saya teringat cerita bapak siapa
yang saya lupa namanya, beliau juga dari NTT. Beliau menjadi Narsum di
gelombang 17. Beliau bercerita bagaimana
beliau membangun literasi dan berinteraksi dengan penduduk serta membangun
rumah belajar dirumah.
Nah cerita ibu Lilis tentang menulis semudah ceplok telor baru saya pahami ketika saya menulis teks ini, menulis saja mengalir saja. Dan tulis saja apa yang ingin ditulis.
Menulis Semudah
Ceplok Telor
Melihat judul
tersebut apa yang terlintas dalam pikiran? Dalam bayangan saya ceplok telor
sekali ketuk yang keras dia sudah pecah, langsung masuk belanga dan hmm nikmatnya.
Dari pada berandai-andai mari kita lihat apa yang dipaparkan oleh ibu Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH., seorang guru dari SMP 2 Nekamese, Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Menurut beliau, bahwa menulis itu memiliki 25 kedahsyatan. Kedahsyatan apa ya yang dimaksudkan oleh Narsum sang penemu Istilah Ceplok Telor. Mari perhatikan paparan beliau yang saya kutip dari blog beliau:
25 Dahsyatnya
Menulis
1.
Bukan hanya sekadar menghasilkan tulisan
yang mantap. Ini juga tentang mempermantap daya pikir kita.
2.
Dengan hanya menunggu inspirasi, Anda akan
berhasil menemukan 1 inspirasi. Tapi dengan aktif mencari, Anda bisa
mendapatkan ratusan inspirasi dalam satu hari. .
3.
Sebelum anda menjadi penulis yang ahli,
terlebih dahulu anda harus menjadi pembaca yang ahli. .
4.
Ada banyak hal yang menunggu untuk
ditulis. Dan di setiap langkah Anda, Anda melihat hal tersebut. .
5.
Rekamlah suara Anda selama satu minggu
tanpa henti, kemudian degarlah, Anda akan segera tersadar bahwa banyak hal yang
bisa Anda tulis. .
6.
Seorang penceramah akan menginspirasi
orang-orang dalam ruangan. Seorang penulis mampu menginspirasi seluruh dunia di
saat yang bersamaan dan berlangsung berabad-abad. .
7.
Buku adalah sahabat orang-orang berilmu.
Saat mereka berdiskusi dengan bukunya, mereka diam-diam mengagumi dan mendoakan
penulisnya. .
8.
Sebuah tulisan yang menggugah akan menjadi
amal yang tak mampu Anda hitung jumlahnya. .
9.
Tulisan berkualitas ibarat virus yang
terus berkembang di sekitar pembacanya. .
10.
Seorang penulis adalah pembicara yang
mampu menembus ruang dan waktu. .
11.
Belajar menulis hampir sama dengan belajar
berbicara. Awalnya kita berbicara dengan kaku, sekarang kita mampu berbicara
dengan cepat dengan ide yang mengalir bebas. .
12.
Kunci keahlian menulis adalah mulai
menulis. Dan kunci memulai menulis adalah menulis kalimat pertama. .
13.
Cukup tulis apa yang Anda pikirkan.
Mengenai bagus tidaknya, Anda bisa memperbaiki di kemudian hari. .
14.
Selembar artikel yang Anda tulis hari ini
bisa jadi menjadi sumber inspirasi bagi jutaan orang di masa mendatang. .
15.
Buku selalu disanjung-sanjung oleh
orang-orang berilmu. Itulah sebabnya penulis mampu mengubah dunia. .
16.
Tulisan yang Anda tulis hari ini akan
menyemangati diri Anda yang sedang bersedih di masa depan. .
17.
Jutaan buku bisa tercipta hanya dari
membahas sebuah topik sederhana terkait dengan ‘debu’. .
18.
Anda tak selamanya bisa berbicara, tak
selamanya bisa bergerak membantu orang. Tapi tulisan yang Anda tulis akan
selamanya mampu dimanfaatkan orang. .
19.
Di zaman teknologi, jutaan alasan baru
untuk segera menulis tercipta. .
20.
Menulis akan menambah pengetahuan Anda dan
juga menjaga ilmu Anda agar tidak hilang. .
21.
Anda tidak akan mampu menghitung jumlah
orang yang Anda bantu melalui satu buku yang Anda tulis. .
22.
Kita mampu menjadi ilmuan meskipun tanpa sekolah,
tapi tidak tanpa tulisan.
23.
Jika hari ini Anda pintar menulis itu akan
menjadi salah-satu kemampuan yang paling Anda syukuri di masa mendatang.
24.
Di zaman dulu, kita tidak wajib untuk
belajar .menulis, tapi di zaman modern ini, apakah ada alasan meyakinkan untuk
tidak perlu pintar menulis? .
25.
Menulis adalah mencipta. Dalam suatu
penciptaan seseorang mengarahkan tidak hanya semua pengetahuan, daya, dan
kemampuannya saja, tetapi ia sertakan seluruh jiwa dan nafas hidupnya.
Kesimpulan manfaat menulis yang berupa 25 kedahsyatan tersebut terinspirasi dari Facebook Group Agupena NTT. Tulisan dari pengurus Agupena Jawa Tengah yang bernama Sawali, dan di kirim oleh ketua Agupena NTT, yang bernama Thomas Akaraya Sogen, S.Pd., MBA. Demikian turturnya.
Mengutip kalimat indah bu Lilis "Menulis adalah berteriak pada dunia tanpa suara". Ini sangat dalam sekali maknanya. Dipikir-pikir memang benar ya. Memoriku langsung bekerja pada kisah masa lampau, teriakan dalam tulisan yang ditulis pada buku harian. Dengan awalan tulisan; Dear Diary, saksi bisuku. Hari ini aku merasa senang sekali karena aku mendapat hadiah dari yang paling aku suka…. Nah itu teriakan sebelum ada dunia digital, kalau sekarang kita berteriak melalui tulisan lalu dipublikasikan pada media sosial seperti status WA/IG atau FB. Bahkan kini merambah ke dunia Blog
Sebagaimana pemaparan narsum-narsum lain tentang kendala atau hambatan dalam menulis yaitu “penulis sering membaca kalimat-kalimat yang ditulis sebelum tulisannya kelar, penulis sering tergoda dengan ide baru yang tiba-tiba muncul ketika sedang menulis sebuah tema dan malas membaca”. Saran beliau bila mengalami hal yang demikian jangan panic, tapi teruslah mengembangkan tulisan yang sudah ditulis sebelumnya. Jika sudah rampung secara keseluruhan baru baca dan melalukan pengeditan sebelum dipublikasikan
Terakhir, narasumber memberikan penguatan dalam closing statement bahwa sebaik-baik penulis adalah yang mampu menginspirasi sebanyak-banyaknya manusia. Dengan demikian, penulis tersebut akan terus dikenang semasa hidupnya hingga jasadnya telah berubah menjadi debu.
Demikian pemaparan
beliau, sangat menarik dan menginspirasi serta bermanfaat.
Wow, keren luar biasa. Meski sakit tetap membuat resume. Semoga buku bunda segera lahir ya. Semangat terus bundaku!
ReplyDeleteAlhamdulillah. Bunda juga lekas sembuh ya
DeleteAlhamdulillah . . . semoga cepat sembuh ya buu...
ReplyDeleteAlhamdulillah. Aamiin atas doa ibu. Ibu juga sehat2 di NTT ya bu. Titip salam pd bu Retno
DeleteInsya Allah saya sampaikan bu
DeleteSaluut ibu, masih sakit masih menulis........terus semangat ibu,..terus berkarya, slm literasi
ReplyDelete