LANGKAH LANGKAH MENGEMBANGKAN TULISAN NON FIKSI
Memahami pemaparan
materi untuk ditulis ulang dalam bentuk resume dari youtube maupun VN tidaklah
mudah, begitu juga dengan catatan catatan yang tertera dalam WAG. Karena
umumnya kuliah secara virtual dengan menggunakan media digital lebih banyak berupa
motivasi dan inspirasi dari para pemateri/narsum berupa berbagi pengalaman
proses/perjalanan panjang untuk terbentuknya sebuah karya serta reward yang
didapat dari karya tersebut. Namun, saya mencoba menulisnya walau saya harus
memutar video serta mendengar VN berulang-ulang agar bisa terhimpun materi inti
lalu saya tuliskan disini.
RESUME KE 25,
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 18, 11 JUNI 2021
TANGGAL PERTEMUAN : 11 JUNI 2021
RESUME KE : 25
TEMA : CARA
MENGEMBANGKAN TULISAN NON FIKSI
NARSUM : BPK MUCH. KHOIRI
GELOMBANG : 18
MODERATOR : IBU SRISUGIASTUTI
Kuliah malam ini
bersama Bapak Much. Khoiri, seorang dosen dan penulis dari Universitas Negeri
Surabaya. Materi yang dibawakan adalah Mengembangkan Tulisan Non Fiksi dan
dipandu oleh ibu Sri Sugiastuti atau yang lebih dikenal dengan sapaan ibu
Kanjeng. Saya lebih nyaman menyapa beliau sebagai bunda.
Mengawali pembelajaran malam ini, bunda Kanjeng memperkenalkan Bpk. Much. Khoir atau Bpk. Haji EmCho sapaan akrab beliau, adalah seorang penulis yang mumpuni dibidangnya. Kelahiran Bacem tahun 1965. Aktifitas beliau selain sebagai dosen, juga sebagai trainer, editor, penggerak literasi. Alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hong Kong (1996). Untuk mengetahui lebih banyak tentang beliau, bisa di cari melalui google search atau mengunjungi situs beliau di https://muchkhoiri.com/2021/01/tentang-penulis/
Sebenarnya, saya belum pernah mengikuti kelas beliau, jika dilihat dari judul materi yang disajikan, menurut saya tidak akan jauh berbeda dengan pemateri sebelumnya. Namun sebaiknya tidak berasumsi sebelum menyimak pemaparan beliau.
Setelah menyimak cerita pengalaman beliau bagaimana awal
menulis mulai dari artikel kecil, memperhatikan tulisan-tulisan orang lain
dimedia sosial dan blog, maka beliau berpikir, bagaimana bila tulisan-tulisan
tersebut dijadikan buku Tulisan Non Fiksi. Nah dari cerita tersebut dan materi
yang disajikan melalui chanel youtube beliau di https://youtu.be/1-HO0z-oUuI, inilah
yang dapat saya petik sebagai pedoman saya menulis.
Akan tetapi ada hal yang menggelitik para peserta yang hadir, adalah istilah BLANTIK LITERASI, beberapa peserta menanyakan tentang hal tersebut. Ternyata istilah blantik adalah berasal dari istilah bahasa Jawa, yang artinya orang yang mendekat ke masyarakat pasar hewan (sapi, kambing dsb) biasanya memakai topi laken. Terlibat dalam transaksi dan mendorong para peternak untuk membesarkan ternak-ternak mereka agar bisa dijual dengan harga baik. Berarti istilah blantik literasi yang dicanangkan pak haji EmCho adalah untuk mendampingi/membimbing para penggiat literasi untuk berkarya baik tulisan fiksi maupun non fiksi.
Definisi Tulisan Non Fiksi
Membahas
definisi Tulisan Non fiksi tentu akan sangat banyak pendapat. Setiap
penulis dihadapkan pada satu permasalahan mengembangkan tulisan, untuk tulisan
fiksi mungkin tidak menjadi persoalan, sebab pengembangan tulisan didasarkan
pada daya nalar penulis, namun untuk tulisan non fiksi, pengembangan harus
dilakukan berhati-hati, tidak boleh asal dikembangkan yang kadang bertentangan
dengan pendapat para ahli.
Jika berbicara tentang penulisan Fiksi dan non fiksi, penulis dihadapkan pada satu permasalahan mengembangkan tulisan, untuk tulisan fiksi mungkin tidak menjadi persoalan, sebab pengembangan tulisan didasarkan pada daya nalar penulis, namun untuk tulisan non fiksi, pengembangan harus dilakukan berhati-hati, tidak boleh asal dikembangkan yang kadang bertentangan dengan pendapat para ahli.
Tulisan Fisksi dan non fiksi adalah, 2 hal yang berbeda, fiksi berasal dari pikiran alam bawah sadar (intuisi), sedangkan non fiksi lebih mengarah pada ilmu pengetahuan/karya ilmiah atau sejarah. Akan tetapi banyak juga yang mampu menguasai kedua genre tersebut
Untuk tulisan non fiksi baik berupa artikel, opini, diskripsi, dan eksposisi, seringkali terlihat sangatlah sederhana, sehingga perlu sentuhan pengembangan materi agar tulisan lebih komplit, namun tetap layak disebut sebagai tulisan yang baik.
Berikut ini adalah
kiat-kiat Pengembangan Tulisan Non Fiksi
1. Memberikan difinisi dari topik yang sedang diangat, difinisi diambil
dari pendapat para ahli kemudian dibuat kesimpulan
2. Penjelasan, memberikan keterangan pada pembaca, misalnya, ada dua
katagori buku, maka perlu diperjelas dengan menyebut buku non fiksi dan buku
fiksi
3. Memberi contoh apa yang sudah dijelaskan sebelumnya, sifatnya lebih
spesifik, misalnya buku non fiksi mata pelajaran matematika.
4. Kasus, hampir sama dengan contoh, namun sifatnya lebih kolektif,
misalnya minat baca di Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara lain
5. Kutipan, baik dari buku, tokoh penulis tertentu yang ahli dibidangnya
dan relevan dengan topik yang sedang dibahas
6. Anekdot boleh ataupun humor boleh disisipkan sebagai pengembangan
tulisan, jika berhubungan dengan topik dan justru menarik simpati pembaca
7. Ungkapan filosof, tokoh agama, budayawan bisa menjadi rujukan
pembanding, bahan pertimbangan, maupun pendukung bahasan.
Closing
Statement dari pamateri
Pak haji Emcho
menyarankan para peserta latihan untuk rajin menulis, dan setiap tulisan makin
hari harus berkembang lebih baik lagi. Dan untuk menulis tidak harus menjalani
teori 100%, tetapi mengembangkan tulisan berdasarkan ide pikiran sendiri.
Sedangkan teori adalah acuan/pakem untuk bagaimana cara menulis. Dan
mengembangkan tulisan itu yang paling penting dari inti tulisan yang akan
ditulis. Untuk menambah amunisi dalam menulis silahkan mengunjungi chanel
youtube dan website beliau di:
https://muchkhoiri.com/2021/04/momen-filosofis/,
https://muchkhoiri.com/2021/04/macak-blantik-literasi/
Demikian yang dapat saya ambil dari pemaparan pak haji Emcho baik melalui youtube, website serta Voice Note melalui WAG malam ini.
Pendapat Saya
Saya sangat setuju
sekali bahwa guru harus mampu berliterasi dengan baik. Karena dengan literasi
yang baik akan memiliki pengetahuan yang luas dan bisa memotivasi serta
menginspirasi anak didiknya untuk berliterasi pula.
Terima kasih pak H. EmCho, ilmunya sangat
bermanfaat.
Menarik sekali materinya. Semoga kami bisa undang beliau di kegiatan belajar bicara.
ReplyDeleteIa om Jay. Undang lg ya om
Delete