KIAT-KIAT BERBICARA EFEKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN

 KIAT-KIAT BERBICARA EFEKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN, 11 MARET 2021

Bersama Dr. Otib Satibi Hidayat

  
Sumber gambar dari WAG SAHABAT OM JAY PGRI

Ngobras bareng Om Jay malam ini menhadirkan pakar digital yang tak kalah hebagtnya dari Dr. Diragntara Wicaksono alias Bombom yang dihadirkan malam sebelumnya, yaitu Dr. Otib Satibi Hidayat. Beliau akan mengusung materi KIAT-KIAT BERBICARA EFEKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN.

Sekilas tentang Dr. Otib

Pekerjaan                                 : Dosen Tetap S-1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar S-2

Prodi Pendidikan Dasar Pacsasarjana Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta

Pendidikan                             : S 1 PMP KN IKIP Jakarta

S 2 Pendidikan Anak Usia Dini Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

S 3 Pendidikan Anak Usia Dini Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

Pangkat/Jabatan/Golongan     : Pembina/Lektor Kepala/

Aktifitas                                  : NaraSumber diberbagai Kegiatan

Triple Gap Phenomena

Digital native adalah anak-anak yang dilahirkan dan dibesarkan di era digital.

Jadi, sejak lahir bahkan saat masih orok pun mereka ini sudah terkontaminasi sinyal wifi dan hotspot internet. Mereka adalah para “penduduk asli” era peradaban digital yang tak terpisahkan dari gadgets (: hightech products and applications).

Mereka berkomunikasi ala virtual dunia maya, seperti via kanal: twitter, google plus, whatsapp, instagram, dan facebook, discord, dan juga mahir bermain games online. Sementara para orangtua dan guru mereka tergolong digital immigrant.

Digital immigrant adalah individu-individu yang lahir praera teknologi

digital. Orang-orang yang (musti) bermigrasi dari cara kerja analog ke cara-cara

kerja terkoneksi jaringan digital. Mereka golongan generasi yang harus beradaptasi dengan cara dan kebiasaan/kebisaan baru di era peradaban baru (era teknologi digital). Sebagian besar guru masuk dalm golongan digital immigrant ini. Oleh sebab itulah, para guru ditantang untuk bergegas melakukan inovasi pembelajaran sebagai bentuk adaptasi solutif gap generasi dan perkembangan era.

Di antara yang perlu dilakukan oleh guru adalah melakukan inovasi dalam

proses pembelajaran yang sekiranya sejalan dengan karakteristik siswa milenial

(generasi abad XXI/digital native). Untuk itu guru dituntut mahir menggunakan

multimedia pembelajaran interaktif memaksimalkan aplikasi atau digital platform (saluran/kanal) IT yang telah ada. Era digital terintegrasi (IoT) sekaligus menandai dimulainya demokratisasi pengetahuan yang membuka peluang bagi setiap orang untuk memanfaatkan teknologi secara produktif. Konsekuensinya, para guru musti bersigegas beradaptasi dan bersegera menguasai keterampilan-keterampilan cara kerja dunia era baru, serta melakukan adjustment (penyesuaian) di sana-sini, terutama di bidang pendidikan dan pengajaran.

Langkah strategis dalam menghadapi tantangan abad XXI adalah perubahan

cara pandang (mind-set) dan cara kerja (modes of work) guru dalam menghadapi era digital. Guru dan dosen dituntut beradaptasi secara cepat dengan perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi. Selain faktor takdir lahir lebih dulu daripada para siswanya, para guru—juga, mengalami fenomena digital-divide.

Digital divide merupakan kesenjangan yang dialami oleh individu atau kelompok masyarakat, baik secara geografis, sosial-ekonomis-budaya, akibat adanya perbedaan (disequality/gap) dalam hal kesempatan atau akses teknologi informasi atau telekomunikasi, seperti hambatan (obstacles) akses internet atau kapasitas penguasaan teknologi digital,--termasuk di dunia pendidikan.

Dampaknya bagi guru dan dosen:

(1) Dampak positif, memotivasi guru/dosen dalam mengembangkan kompetensi pembelajaran dan meningkatkan pemanfaatan teknologi pendidikan,

(2) Dampak negatif, guru/dosen yang sudah menguasai TIK dapat berkembang lebih cepat, sedangkan mereka yang tidak/belum menguasai TIK mengalami kesulitan dalam pelaksanaan PJJ, bahkan terancam terdisrupsi.

Guru Post-Millennial

Kini para guru harus menyiapkan materi pembelajaran, mempersiapkan pertemuan kelas virtual (daring/luring), membuat konsep video kreatif,

mempelajari beragam program editing video. Melakukan rekaman video,

menambahkan animasi menarik, dan membuat thumbnail untuk konten yang akan diunggah di kanal Youtube. Guru kini harus juga merangkap content creator youtube dan sekaligus mentor literasi digital bagi peserta didiknya, sesuatu yang (mungkin) tak sempat terbayangkan sebelumnya



Comments

IBU

BLOG SEBAGAI SARANA BELAJAR DAN MENGAJAR

DESIGN COVER BUKU YANG MENARIK

MEMBUAT FLYER DAN INFOGRAFIS